Dan sekarang, saya jadi ingin mengomentari blog ini. Saking tak tentunya terbit, mendadak saya ingin memutus rantai kemalasan memperbaharui blog ini sejenak. Inspirasinya juga masih segar, dipicu berita Gubernur DKI Jakarta yang memarahi Walikota Jakarta Barat karena salah menggusur rumah warganya.
Bahan kampanye? Mulai berpolitik lewat Blog?
Bukan, bukan, bukan sisi itu yang ingin saya sentuh kali ini. Sebabnya, fokus utama saya adalah pada komentar-komentarnya, yang meneriakkan bahwa Gubernur DKI gemar menggusur rumah, Dewa Gusur, tanpa memikirkan kesulitan yang digusur rumahnya. Entah apakah alasan penggusurannya benar atau tidak, tetap saja dia tukang gusur yang lalim. Penguasa yang semena-mena menggusur "wong cilik" rakyat kecil rakyat jelata, dan itu JAHAT, kaya Rangga #eaaa #randomthoughts.
Saya tidak ingin mengomentari masalah BENAR atau SALAH, apalagi yang dikomentari Gubernur DKI saat ini. Kalau saya bilang beliau BENAR, dianggap Teman Ahok, kalau saya bilang beliau SALAH, nanti saya dianggap Teman Amien lagi #eaaa #lagi.
Komentar saya sih sederhana: Jangankan Gubernur, sesama kita saja bisa seenaknya MAIN GUSUR kok.
Apa buktinya? Ini ada beberapa poin yang bisa jadi membuktikan bahwa kita pun harus rela dijuluki TUKANG GUSUR LALIM, karena kejadian penggusuran yang saya sebutkan ini rata-rata termasuk pelanggaran peraturan dan vandalisme.
- Pejalan kaki digusur dari trotoar oleh pedagang kaki lima dan motor tukang ojek yang bertahta di sana, akhirnya harus berjalan di area lalu-lalangnya kendaraan.
- Area untuk berjalannya lalu-lintas, sering digusur oleh Pasar, bisa sampai disisakan hanya kurang dari separuhnya, sehingga arus lalu-lintas jadi kurang lancar.
- Tiang penyusun pagar pembatas jalan digusur (dihilangkan, dibengkokkan, digergaji dll) dari tempatnya oleh penyeberang jalan yang tidak mau jauh-jauh menyeberang melalui jembatan penyeberangan.
- Penyeberang jalan digusur dari zebra cross oleh para pengendara kendaraan bermotor yang gagah berhenti tepat di atasnya.
- Bersihnya cat tembok digusur oleh warna-warni coretan cat semprot.
- Saat mengendarai sepeda motor, banyak yang sengaja menggusur helm dari atas kepalanya, bisa diletakkan di stang, di badan motor, atau disimpan rapi di rumah.
- TNKB atau Plat Nomor sengaja digusur dari tempatnya dipasang, sehingga kendaraan bermotor (biasanya sepeda motor) dikendarai tanpa Plat Nomor (biasanya di bagian belakang).
- Kabel transmisi listrik dan kabel telepon yang menjadi objek gusuran beberapa pihak dari tiangnya.
- Tiang listrik dan tiang telepon yang kadang-kadang juga digusur dari tempatnya terpancang, disapu bersih bersama dengan kabelnya di poin nomor 8 tadi.
Masih ada banyak lagi seharusnya, tapi rasanya cukup kalau hanya untuk tulisan ini. Setidaknya, cukup untuk membuktikan, bahwa kita tidak harus memiliki jabatan tinggi untuk bisa dilabeli sebagai TUKANG GUSUR!
Mengaku atau tidak?